Minggu, 20 Desember 2009

Arthopoda

Arthopoda

Arthrodpoda adalah kelompok hewan yang memiliki kaki yang beruas-ruas (Arthros = berbuku-buku, poda =kaki). Tubuhnya terdiri dari kepala (kaput), dada (toraks) dan perut (abdomen).
Sisterm peredaran darah terbuka, darah tidak berfungsi mengangkut oksigen dan hanya berfungsi untuk mengangkut zat makanan. Susunan saraf terdiri dari otak sederhana dan tali saraf perut rangkap.

DIBAGI MENJADI 4 KELAS :

1. CRUSTACEA
Tubuhnya terdiri dari sefalotoraks dan abdomen, yang terlindung oleh rangka luar yang keras. Umumnya hidup di perairan.
Terdiri dari dua kelompok besar.

1

Entomostraka : crustacea miroskopik; hidup sebagai zooplankton.

Meliputi ordo Branchiopoda, Ostrcoda, Branchiura : parasit, Copepoda : parasit beberapa ikan dan Cirripedia,

misalnya : Daphnia sp. dan Mesocyclops sp.

2

Malakostraka : crustacea tingkat tinggi; makroskopik.
Meliputi ordo Isopoda, Stomatopoda dan Dekapoda yang memiliki nilai ekonorni bagi manusia,
misalnya : Portunus sexdentatus (kepiting) dan Penaeus monodon (udang windu).

2. ARACHNIDA
Tubuh terdiri dari sefalotoraks dan abdomen. Bernafas dengan paru-paru buku/paru-paru bersegmen, berkaki delapan (4 pasang)
DIBAGI MENJADI 3 ORDO :

• Arachnoidea (kelompok laba-laba)
Misalnya:
- Heteropoda venatoria (laba-laba pemburu)
- Nephila maculata (kemlandingan)
- Latrodectus mactans (laba-laba janda hitam  beracun dan
sengatannya dapat mematikan)
- Argiope aurantina (laba-laba kebun)
• Scorpionida (kelompok kalajengking)
-
Segmen terakhir abdomen merupakan kelenjar racun : Telson
- Pada mulut terdapat alat pencapit seperti catut : Pedipalpus, dan
semacam gigi : Kelisera
Misalnya:
Thelyphonus condutus (kalajengking)
Chelifer cancroides (kala yang hidup di tumpukan buku-buku)
Mastigoproctus giganteus (kalajengking raksasa)
Acarina (kelompok tungau dan caplak)
Abdomennya bersatu dengan sefalotoraks, sebagian besar jenisnya hidup sebagai parasit.
Misalnya:
Sarcoptes scabiei (caplak kudis, penyebab penyakit kulit kudis
[scabies = kudis])
Dermacentor andersoni (caplak pembawa ricketsia penyebab demam
typus)
Dermacentor variabilis (caplak anjing)
Psoroptes ovis (tungau biri-biri)

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.

Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.

Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :

a. Hakikat pemimpin

b. Tipe-tipe kepemimpinan

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.dalam manajemen pendidikan.

C. Tujuan Penulisan Makalah

Sesuai dengan permasalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :

a. Untuk mengetahui hakikat pemimpin

b. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

Sebagai langkah akhir dalam penulisan makalah ini, maka klasifikasi sistematikan penulisannya sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II : Dibahas tentang tinjauan hakikat pemimpin, tipe-tipe kepemimpinan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

Bab III : Merupakan bab terakhir dalam penulisan makalah ini yang berisikan tentang kesimpulan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEPEMIMPINAN DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN

A. Hakikat Pemimpin

“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.”

Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

B. Tipe-Tipe Kepemimpinan

Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :

1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.

2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.

3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.

5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.

6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.

Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.

2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.

Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pemimpin Dalam Manajemen Pendidikan

Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :

1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.

2. Harapan dan perilaku atasan.

3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.

4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.

5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.

6. Harapan dan perilaku rekan.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.

Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :

1. Sebagai pelaksana (executive)

2. Sebagai perencana (planner)

3. Sebagai seorangahli (expert)

4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)

5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)

6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and punishments)

7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)

8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)

9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)

10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for individual responsibility)

11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)

12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)

13. Sebagai kambing hitam (scape goat).

Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :

1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.

2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.

3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.

Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.

Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.

Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.

Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

B. Saran-saran

Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.

2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.

4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instnasi.


DAFTAR PUSTAKA

  1. Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004).
  2. Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara, 1994).
  3. Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP Bandung, 1983).
  4. I.Nyoman Bertha, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP Bandung, 1983).
  5. M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
  6. Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta : Karunia, 1986).
  7. Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999).
  8. Marsetio Donosepoetro, Manajemen dalam Pengertian dan Pendidikan Berpikir, (Surabaya : 1982).
  9. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 1996).
  10. Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung : Angkasa, 1983).
  11. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Konteporer, (Bandung : Alfabeta, 2005).
  12. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995

Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan

Administrasi Pendidikan Dalam Profesi Keguruan

BAB I

PENDAHULUAN



A.LatarBelakang

Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan untuk mengembangkan kemampuan dalam bidang administrasi. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dilaksanakan bertujuan jangka panjang yaitu agar tenaga administrasi maupun mengembangkan ilmu yang telah dipelajari dan dipraktekkan di sekolah. Administrasi sangat diperlukan bagi kelangsungan proses belajar mengajar dalam dunia pendidikan. Semua itu tidak lepas dari keaktifan orang-orang yang menguasai administrasi dalam sekolah. Orang sering menganggap enteng administrasi tersebut, padahal kalau administrasi dipegang sama orang-orang yang kurang terampil maka administrasi tersebut akan berantakan. Orang yang memegang administraasi adalah orang yang sudah terlatih dalam bidangnya (orang yang sudah mendapat ilmu/ pelatihan). Administrasi tidak hanya dalam hal keuangan saja tetapi juga dalam kerapian/ keteraturan kita dalam pembukuan. Administrasi tidak hanya dilakukan dalam waktu tertentu saja tetapi setiap hari secara kontinyu. Administrasi adalah upaya menjadikan kegiatan kerja sama antara guru dan karyawan agar proses belajar mengajar lebih efektif.
Terbatasnya pengetahuan dari personal tata usaha sekolah akan administrasi sarana dan prasarana pendidikan, serta kurangnya minat dari mereka untuk mengetahui dan memahaminya dengan sungguh sungguh, maka dari itu kami menyusun makalah ini.


BAB II

PEMBAHASAN


ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEGURUAN



A. Pengertian Administrasi Pendidikan
Pengertian administrasi pendidikan akan diterangkan meninjaunya dari berbagai aspeknya. Marilah kita lihat administrasi pendidikan dari berbagai aspeknya itu, agar kita dapat memahaminya dengan lebih baik.
Pertama, administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui, tujuan pendidkan itu merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang kompleks, tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan yang dimaksud. Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran di kelas satu sekolah menengah pertama, misalnya, lebih mudah dirumuskan dan dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional. Jika tujuan itu kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks, dan seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang saja, tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain, dengan segala aspek kerumitannya.
Kedua, administrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk mencpai tujuan pendidikan.
Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pemanduan, dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biaya. Perencanaan ini dibuat sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Ketiga, administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir sistem. Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan bagian-bagian itu berinteraksi dalam sautu proses untuk mengubah masukan menjadi keluaran.
Keempat, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi manajemen. Jika administrasi dilihat dari sudut ini, perhatian tertuju kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai sasaran yang ditetapkan dan apakah dalam pencapain tujuan itu tidak terjadi pemborosan. Sumber yang dimaksud dapat berupa sumber manusia, uang, sarana, dan prasarana maupun waktu.
Kelima, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi kepemimpinan. Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan merupakan usaha untuk menajwab pertanyaan bagaimana kemampuan administrator penddikan itu, apakah ia dapat melaksanakan tut wuri handayani, ing madyo mangun karso, dan ing ngarso sungtulodo dalam mencapai tujuan pendidikan.
Keenam, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses pengambilan keputusan. Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap kali, administrator dihadapkan kepada bermacam-macam masalah, dan ia harus memecahkan masalah itu.
Ketujuh, administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi komunikasi. Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita maksudkan dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain itu.
Kedelapan, administrasi seringkali diartikan dalam pengertian yang sempit yaitu kegaitan ketatausahaan yang intinya dalah kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan, menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta mempersiapkan laporan.


B. Fungsi Administrasi Pendidikan
Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh adanya prinsip bahwa pada dasarnya kegiatan amdinistrasi pendidikan dimaksudkan untuk pencapaian tujuan pendidikan itu. Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha, mulai dari perencanaan sampai melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha itu (Longenecker, 1964). Oleh karena itu, fungsi administrasi pendidikan dibicarakan sebagai serangkaian proses kerja sama untuk mencapai tujuan pendidikan itu.

1. Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan perlu dibicarakan di sini karena alasan sebagai berikut: a). tujuan pendidikan merupakan jabaran dari tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemahaman tentang hubungan keduanya perlu dilakukan. b), tujuan pendidikan merupakan titik berangkat administrasi pendidikan pada jenjang sekolah, dan c), tujuan pendidikan itu juga merupakan tolak ukur keberhasilan kegiatan administrasi pendidikan di jenjang pendidikan itu.

2. Proses sebagai fungsi administrasi pendidikan
Agar kegiatan dalam komponen administrasi pendidikan dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan, kegiatan tersebut harus dikelola melalui sesuatu tahapan proses yang merupakan daur (siklus), mulai dari perencanaan, pengorganisassi, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan, pemantauan, dan penilaian seperti telah disinggung secara garis besar pada bagian terdahulu. Di bawah ini akan diuraikan proses tersebut lebih rinci.

a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu. Dalam perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap, a). identifikasi masalah, b) perumusan masalah, c). penetapan tujuan, d). identifikasi alternatif, e). pemilihan alternatif, dan f). elaborasi alternatif.

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan personal sekolah lainya) serta mengalokasikan prasarana dan saran untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Termasuk di dalam kegiatan pengorganisasian adalah penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi tercapainya tujuan sekolah itu.
c. Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan bimbingan terhadap pra petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.

d. Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit di sekolah agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah.

e. Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah. Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta pengawasan penggunaan anggaran tersebut.


f. Penilaian
Dalam waktu-waktu tertentu, sekolah, pada umumnya atau anggota organisasi seperti guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian adalah untuk: a) memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, b). menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, c). memperoleh fakta-fakta tentang kesurakan-kesukaran dan untuk menghidarkan situasi yang dapat merusak, serta d). memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan organisasi sekolah.


C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan
Dari uraian di atas, tampak bahwa administrasi pendidikan pada pokoknya adalah semua bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber (manusia, uang, peralatan, dan waktu). Tujuan pendidikan memberikan arah kegaitan serta kriteria keberhasilan kegiatan itu.
• Bidang administrasi material: kegiatan administrasi yang menyangkut bidang-bidang materi. Seperti: ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, alat-alat perlengkapan.
• Bidang administrasi personal, yang mencakup di dalamnya persoalan guru dan pegawai sekolah dan sebagainya.
• Bidang administrasi kurikulum, yang mencakup didalamnya pelaksanaan kurikulum, pembinaan kurikulum, penyusunan silabus, perisapan harian, dan sebagainya.[4]

D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan
Tugas utama guru yaitu mengelola proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan tertentu, yaitu sekolah. Sekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan di samping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi dilingkungan kerjanya.
Di sekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah, sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi sekolah itu peranan guru amat penting. Dalam menetapkan kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan penilaian kegiatan kurikulum, kesiswaan, sarana dan prasarana, personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah-masyarakat, guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun tenaganya. Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya kolaboratif, artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja sama, dan bukan bersifat individual. Oleh karena itu, semua personel sekolah termasuk guru harus terlibat.

BAB III

PENUTUP


Kesimpulan

Admnistrasi pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan, pengertian administrasi pendidikan dapat dirumuskan dari berbagai sudut pandang kerja sama, proses kerja sama itu, sistem dan mekanismenya, manajemen, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan, komunikasi dan ketatausahaan.
Guru sangat berperan dalam administrasi pendidikan, tugas utama guru yang sebagai pengelola dalam proses belajar mengajar di lingkungan tertentu, yaitu sekolah

ILMU DAN TEKNOLOGI

ILMU DAN TEKNOLOGI (2/2)

TEKNOLOGI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan

sebagai "kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu

eksakta dan berdasarkan proses teknis." Teknologi adalah ilmu

tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi

kesejahteraan dan kenyamanan manusia.

Kalau demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan

manusia bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat

tersebut sering diasosiasikan sebagai teknologi. Mesin telah

dipergunakan oleh manusia sejak berabad yang lalu, namun abad

tersebut belum dinamakan era teknologi.

Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang

kita menengok sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara

tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar

750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan

fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui

dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-ulang

Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan

Allah untuk manusia.

Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit

dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah)

dari-Nya (QS Al-Jatsiyah [45]: 13).

Penundukan tersebut --secara potensial-- terlaksana melalui

hukum-hukum alam yang ditetapkan Allah dan kemampuan yang

dianugerahkan-Nya kepada manusia. Al-Quran menjelaskan

sebagian dari ciri tersebut, antara lain:

(a) Segala sesuatu di alam raya ini memiliki ciri dan

hukum-hukumnya.

Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki ukuran (QS

Al-Ra'd [13]: 8)

Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga

rumput yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah

ditetapkan oleh Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya.

Demikian antara lain dijelaskan oleh Al-Quran surat Ya Sin

ayat 38 dan Sabihisma ayat 2-3

(b) Semua yang berada di alam raya ini tunduk kepada-Nya:

Hanya kepada Allah-lah tunduk segala yang di 1angit

dan di bumi secara sukarela atau terpaksa (QS Al-Ra'd

[13]: 15).

(c) Benda-benda alam --apalagi yang tidak bernyawa-- tidak

diberi kemampuan memilih, tetapi sepenuhnya tunduk kepada

Allah melalui hukum-hukum-Nya.

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan

langit yang ketika itu masih merupakan asap, lalu Dia

(Allah) berkata kepada-Nya, "Datanglah (Tunduklah)

kamu berdua (langit dan bumi) menurut perintah-Ku

suka atau tidak suka!" Mereka berdua berkata, "Kami

datang dengan suka hati" (QS Fushshilat: ll).

Di sisi lain, manusia diberi kemampuan untuk mengetahui ciri

dan hukum-hukum yang berkaitan dengan alam raya, sebagaõmana

diinformasikan oleh firman-Nya dalam Al-Quran surat Al-Baqarah

ayat 31,

Allah mengajarkan Adam nama-nama semuanya

Yang dimaksud nama-nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri,

dan hukum sesuatu. Ini berarti manusia berpotensi mengetahui

rahasia alam raya.

Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan

Allah, serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap

perintah dan hukum-hukum Tuhan, menjadikan ilmuwan dapat

memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum alam. Karenanya,

semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan

alam yang telah ditundukkan Tuhan. Keberhasilan memanfatkan

alam itu merupakan buah teknologi.

Al-Quran memuji sekelompok manusia yang dinamainya ulil albab.

Ciri mereka antara lain disebutkan dalam surat Ali-'Imran (3)

190-191:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan

silih bergantinya malam dan siang terdapat

tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang

berzikir (mengingat) Allah sambil berdiri, atau duduk

atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang

kejadian langit dan bumi ...

Dalam ayat-ayat di atas tergambar dua ciri pokok ulil albab,

yaitu tafakkur dan dzikir. Kemudian keduanya menghasilkan

natijah yang diuraikan pada ayat 195:

Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka

dengan berfirman, "Sesungguhnya Aku tidak

menyia-nyiakan amal yang beramal di antara kamu, baik

lelaki maupun perempuan ..."

Natijah bukanlah sekadar ide-ide yang tersusun dalam benak,

melainkan melampauinya sampai kepada pengamalan dan

pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj At-Tarbiyah Al-Islamiyah

mengomentari ayat Ali 'Imran tadi sebagai berikut:

[tulisan Arab]

Maksudnya adalah bahwa ayat-ayat tersebut merupakan metode

yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap

alam. Ayat-ayat itu mengarahkan akal manusia kepada fungsi

pertama di antara sekian banyak fungsinya, yakni mempelajari

ayat-ayat Tuhan yang tersaji di alam raya ini. Ayat-ayat

tersebut bermula dengan tafakur dan berakhir dengan ama1

Lebih jauh dapat ditambahkan bahwa "Khalq As-samawat wal Ardh"

di samping berarti membuka tabir sejarah penciptaan langit dan

bumi, juga bermakna "memikirkan tentang sistem tata kerja alam

semesta". Karena kata khalq selain berarti "penciptaan", juga

berarti "pengaturan dan pengukuran yang cermat". Pengetahuan

tentang hal terakhir ini mengantarkan ilmuwan kepada

rahasia-rahasia alam, dan pada gilirannya mengantarkan kepada

penciptaan teknologi yang menghasilkan kemudahan dan manfaat

bagi umat manusia.

Jadi, dapatkah dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu

yang dianjurkan oleh Al-Quran?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, ada dua catatan yang perlu

diperhatikan.

Pertama, ketika Al-Quran berbicara tentang alam raya dan

fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu

dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.

Perhatikan misalnya uraian Al-Quran tentang kejadian alam:

Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa

langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang

padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan

dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka

mengapa mereka tidak juga beriman? (QS Al-Anbiya'

[21]: 30).

Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai

isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar), yang mengawali

terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda

pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses

terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika

Al-Quran berbicara tentang hal itu, dikaitkannya dengan

kekuasaan dan kebesaran Allah; serta keharusan beriman

pada-Nya.

Pada saat mengisyaratkan pergeseran gunung-gunung dari

posisinya, sebagaimana kemudian dibuktikan para ilmuwan

informasi itu dikaitkan dengan Kemahahebatan Allah Swt.: ~

Kamu lihat gunung-gunung, yang kamu sangka tetap di

tempatnya, padahal berjalan sebagaimana halnya awan.

Begitulah perbuatan Allah, yang membuat dengan kokoh

tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan (QS Al-Naml [27]: 88).

Ini berarti bahwa sains dan hasil-hasilnya harus selalu

mengingatkan manusia terhadap Kehadiran dan Kemahakuasaan

Allah Swt., selain juga harus memberi manfaat bagi

kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi Rabbik.

Kedua, Al-Quran sejak dini memperkenalkan istilah sakhkhara

yang maknanya bermuara kepada "kemampuan meraih --dengan mudah

dan sebanyak yang dibutuhkan-- segala sesuatu yang dapat

dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang

teknik".

Ketika Al-Quran memilih kata sakhhara yang arti harfiahnya

menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya

dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk

dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah

manusia. Bukankah manusia diciptakcan oleh Allah sebagai

khalifah? Tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan

merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Allah

kepadanya. Jika khalifah tunduk atau ditundukkan oleh alam.

maka ketundukan itu tidak sejalan dengan maksud Allah Swt.

Di atas telah dikemukakan bahwa penundukan Allah terhadap alam

raya bersama potensi yang dimiliki manusia --bila digunakan

secara baik-- akan membuahkan teknologi.

Dari kedua catatan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan

bahwa teknologi dan hasil-hasilnya di samping harus

mengingatkan manusia kepada Allah, juga harus mengingatkan

bahwa manusia adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala

yang berada di alam raya ini.

Kalaulah alat atau mesin dijadikan sebagai gambaran konkret

teknologi, dapat dikatakan bahwa pada mulanya teknologi

merupakan perpanjangan organ manusia. Ketika manusia

menciptakan pisau sebagai alat pemotong, alat ini menjadi

perpanjangan tangannya. Alat tersebut disesuaikan dengan

kebutuhan dan organ manusia. Alat itu sepenuhnya tunduk kepada

si Pemakai, melebihi tunduknya budak belian. Kemudian

teknologi berkembang, dengan memadukan sekian banyak alat

sehingga menjadi mesin. Kereta, mesin giling, dan sebagainya,

semuanya berkembang, khususnya ketika mesin tidak lagi

menggunakan sumber energi manusia atau binatang, melainkan

air, uap, api, angin, dan sebagainya. Pesawat udara, misalnya,

adalah mesin. Kini, pesawat udara tidak lagi menjadi

Perpanjangan organ manusia, tetapi perluasan atau penciptaan

organ dan manusia. Bukankah manusia tidak memiliki sayap yang

memungkinkannya mampu terbang? Tetapi dengan pesawat, ia

bagaikan memiliki sayap. Alat atau mesin tidak lagi menjadi

budak, tetapi telah menjadi kawan manusia.

Dari hari ke hari tercipta mesin-mesin semakin canggih.

Mesin-mesin tersebut melalui daya akal manusia

--digabung-gabungkan dengan yang lainnya, sehingga semakin

kompleks, serta tidak bisa lagi dikendalikan oleh seorang.

Tetapi akhirnya mesin dapat mengerjakan tugas yang dulu mesti

dilakukan oleh banyak orang. Pada tahap ini, mesin telah

menjadi semacam "seteru" manusia, atau lawan yang harus

disiasati agar mau mengikuti kehendak manusia.

Dewasa ini telah lahir teknologi --khususnya di bidang

rekayasa genetika-- yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat

sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal

"majikan" yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika

begitu, ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang

disebutkan di terdahulu.

Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat

menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan

tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur "debu tanah"

manusia maupun unsur "ruh Ilahi" manusia.

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan

seseorang dari zikir dan tafakur, serta mengantarkannya kepada

keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan, maka ketika itu bukan

hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus

memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan

teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula diduga dapat

mengalihkan manusia darl jati diri dari tujuan penciptaan,

sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Karena itu,

menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai

cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi,

dengan pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya. Bagaimana

mengarahkan teknologi yang dapat berjalan seiring dengan

nilai-nilai Rabbani, atau dengan kata lain bagaimana memadukan

pikir dan zikir, ilmu dan iman?

***

Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya

meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jangankan manusia biasa,

Rasul Allah Muhammad Saw. pun diperintahkan agar berusaha dan

berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya Qul Rabbi zidni

'ilma (Berdoalah [hai Muhammad], "Wahai Tuhanku, tambahlah

untukmu ilmu") (QS Thaha [20]: 114), karena fauqa kullu zi

'ilm (in) 'alim (Di atas setiap pemilik pengethuan, ada yang

amat mengetahui (QS Yusuf [12]: 72).

Manusia memiliki naluri selalu haus akan pengetahuan.

Rasulullah Saw. bersabda:

Dua keinginan yang tidak pernah puas, keinginan

menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta.

Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan

teknologi dengan memanfaatkan anugerah Allah yang dilimpahkan

kepadanya. Karena itu, laju teknologi memang tidak dapat

dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha mengarahkan diri

agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta

dan ilmu/teknologi yang dapat membahayakan dinnya. Agar ia

tidak menjadi seperti kepompong yang membahayakan dirinya

sendiri karena kepandaiannya.

Al-Quran menegaskan:

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu adalah

seperti (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu

tumbuhlah dengan suburnya --karena air itu--

tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan

manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu

telah sempurna keindahannya dan memakai (pula)

perhiasannya dan penghuni-penghuninya telah menduga

bahwa mereka mampu menguasainya (melakukan segala

sesuatu), tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di

waktu malam atau siang, maka kami jadikan

(tanaman-tanamannya) laksana tanaman-tanaman yang

sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh

kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda

kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir (QS

Yunus [10]: 24).[]

----------------

WAWASAN AL-QURAN

Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat

Dr. M. Quraish Shihab, M.A.

Penerbit Mizan

Jln. Yodkali No.16, Bandung 40124

Telp. (022) 700931 Fax. (022) 707038

mailto:mizan@ibm.net